Wednesday, April 3, 2013

Sahabat Nabi dan keutamaan mereka

Mengapa saya memilih bercerita tentang kisah sahabat terlebih dahulu sebelum kisah kisah nyata lainnya? Jawabannya adalah karena keutamaan mereka. Sahabat adalah orang yang mempunyai banyak keutamaan, oleh karena itu mereka bergelar khairu ummah atau umat terbaik.

Betapa tidak? Mereka adalah orang yang berjumpa langsung dengan Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam imannya yang kokoh, dan wafat pula di dalam Islam.

Allah Ta’ala mengkaruniai mereka dengan nikmat yang besar yaitu bertemu dan menemani Rasul, serta membantu beliau dalam memperjuangkan dan mengokohkan agama-Nya. Sehingga mereka termasuk orang yang beruntung karena mendapat doa dari Nabi langsung.

Oleh karena ditempa langsung oleh Nabi yang mulia dan mendampingi Rasulullah ketika wahyu diturunkan, maka mereka Radhiallahu anhum adalah orang yang paling tinggi ilmunya, paling banyak amalnya, paling baik akhlaknya, paling utama sabarnya. Karena itulah mereka paling paham perkataan dan sifat Nabi dan paling paham tentang Al-Qur’an.

Terakhir, saya tuliskan firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat At-Taubah: 100 yang artinya adalah:

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Serta kutipan dari situs http://almanhaj.or.id/content/3448/slash/0/keutamaan-sahabat-nabi/ , yaitu:

'Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata: "Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada, kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan generasi yang berada di atas Shirâthal- Mustaqîm." (Perkataan senada juga diriwayatkan dengan penuturan di atas oleh Ibnu 'Abdil-Bar dalam Jâmi' al-Bayân (II/97), Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, dari Ibnu Umar c (I/305))

Monday, April 1, 2013

Abbad bin Bisyr


Kali ini kita akan mengarungi lautan kisah dari seorang anshar, sahabat Nabi yang mulia bernama Abbad bin Bisyr. Betapa tidak? Ummul mu’minin Aisyah berkata tentang beliau,” Tiga orang dari Anshar, tidak seorangpun yang bisa mengungguli kemuliaan mereka yaitu Saad bin Muadz, Usaid bin Hudhair, dan Abbad bin Bisyr.

Abbad-bin-bisyr-sahabat-nabi

Sebuah nama yang akan dikenang sepanjang sejarah umat manusia. Marilah kita menikmati kisah beliau. Abbad bin Bisyr tergolong orang yang ahli ibadah, termasuk pejuang Islam yang gemar turun berjuang demi tegaknya Islam, dan seorang gubernur yang amanah.

Diwaktu cahaya purnama Islam bersinar di Yatsrib (Madinah), beliau berusia remaja dan masuk kepada ajaran kebenaran. Beliau mendatangi Mushab bin Umair seorang da’i utusan Rasulullah dari Makkah yang berdakwah di Madinah, beliau asyik menyimak bacaan Al quran dari Mushab bin Umair yang sangat teduh dan menggugah sehingga Abbad bin Bisyr menjadi semakin mantap dan menjadikan Al quran sebagai kesibukan utamanya. 

Pernah suatu malam, Rasulullah melakukan shalat tahajjud di rumah Aisyah, beliau mendengar suara Abbad bin Bisyr yang sedang melantunkan ayat ayat Allah dengan syahdu, maka Rasulullah bertanya kepada Aisyah,” wahai Aisyah apakah ini suara Abbad bin Bisyr?”. Aisyah menjawab,”benar”. Maka Rasulullah pun mendoakan Abbad,”Ya Allah ampunilah dia”. Betapa beruntungnya Abbad karena didoakan oleh Rasulullah. 

Ada kisah yang heroik tentangnya, mari kita sama sama mendengarnya. Setelah peperangan Dzatur Riqo’, kaum muslimin singgah di suatu bukit untuk beristirahat melepas lelah. Rasulullah bersabda,”Siapa yang menjaga kita malam ini?” Serta merta Amr bin Yasir dan Abbad bin Bisyr berkata,”kami ya Rasulullah”. Abbad bin Bisyr dan Amr bin Yasir adalah dua orang yang dipersaudarakan Rasulullah ketika Amr bin Yasir hijrah ke Madinah.

Di awal malam, giliran Abbad bin Bisyr yang menjaga dan Amr bin Yasir yang tidur. Malam itu adalah malam yang tenang, tentram, maka Abbad bin Bisyr tidak menyia nyiakan kesempatan itu untuk beribadah. Abbad mulai shalat dan mulai membaca surat panjang. Ketika beliau sedang tenggelam dalam kenikmatan beribadah, tiba tiba musuh dari jauh memanah beliau, anak panah melesat kencang mengenai tubuh beliau. 

Apa yang terjadi? Abbad langsung mencabutnya, dan meneruskan shalatnya. Masya Allah... Sang musuh melepaskan anak panah yang kedua, Abbad tidak terpengaruh, beliau mencabutnya dan tetap shalat. Sang musuh tidak menyerah begitu saja, diapun melesakkan anak panah yang ketiga. Abbad melakukan hal yang sama. 

Tak lama kemudian, Abbad menyudahi shalatnya dan melangkah terseok seok menuju Amr bin Yasir yang sedang tertidur lalu membangunkannya dan berkata,”Bangunlah, luka luka ditubuhku melemahkan kekuatanku”. Ketika sang musuh melihat Amr terbangun, lalu ia mengambil langkah seribu.  

Amr yang baru bangun terkejut melihat darah merembes dari tiga lubang pada tubuhnya dan berkata,”Subhanallah, mengapa kamu tidak membangunkanku ketika anak panah pertama melukaimu?”. Abbad menjawab,”Aku sedang membaca sebuah surat, dan aku tidak ingin memotongnya sebelum aku menyelesaikannya.”

Beliau gugur dalam peperangan dizaman Abu bakar Shiddiq untuk melawan gerakan nabi palsu Musailamah al kadzdzab. Itulah sekelumit kisah sahabat nabi yang mulia dari kalangan Anshar.

Sumber: Buku Mereka adalah para sahabat, penerbit At-tibyan.